Setelah
berpuluh-puluh tahun menekuni dunia pergunungan, akhirnya kesampaian juga
menginjakkan kaki di salah satu gunung di Sulawesi, yaitu Bawakaraeng.
(*pembukaan yang agak lebayy…*).
Maksudnya
pada bulan itu, akhir Agustus 2017 saya diajak senior di Kantor untuk kembali
berpetualang di Gunung. Saya diajak naik Gunung di Pulau Sulawesi,
kesempatan yang memang saya tunggu-tunggu. Sebenarnya ada dua Gunung menarik yang
ada di Makassar, yaitu Gunung Latimojong dan Gunung Bawakaraeng. Gunung
Latimojong dengan ketinggian 3.478 mpdl sementara Bawakaraeng dengan ketinggian
2845 mpdl. Bisa dapat summit sebenarnya ya kalau ke Latimojong, namun karena
senior saya sudah pernah naik ke Latimojong dan kali ini maunya naik ke
Bawakaraeng ya sudah…ikut aja.
Gunung
Bawakaraeng berada di wilayah Kabupaten Gowa, tepatnya 3 jam perjalanan dengan mobil dari
Kota Makassar. Jika biasanya para pendaki memulai pendakian dari Desa Lembbanna,
Manilo, namun karena dalam pendakian ini saya ditemani teman-teman Rescuer
Kansar Makassar dan juga para Ranger Gunung Bawakaraeng, maka kami ambil jalur
pintas. Yang katanya dari jalur ini kita bisa langsung sampai di Pos 5. Lumayan
banget ya??
Nah jalur
pintas ini kami mulai dari Desa Kanreapia, masih di Daerah Malino juga. Saat itu saya bertiga dari Kantor Jakarta, di
temani 2 orang anggota BSG, di temani lagi sama 3 orang potensi SAR di
Makassar. Nah sesampainya di Desa Kanreapia kami singgah di rumah salah satu
tokoh di Desa itu. Teman-teman Kantor SAR rupanya sering singgah di sana jika
kebetulan memang sedang melaksanakan operasi SAR di Gunung Bawakaraeng. Om
Puja, demikian teman-teman akrab memanggil Bapak beranak satu ini, nama aslinya
adalah Halik Hasbi.
Dalam
kesempatan tersebut, kami seperti mendapatkan kehormatan. Selain karena
ditemani teman-teman potensi SAR di Makassar, Om Puja, bahkan anaknya yang
masih kecil ikut menemani pendakian kami. Horeeee Rame…. Banyak yang bantuin
bawa bekal, hehehe.
Karena sampai
di Malino sudah siang dan kami masih harus melengkapi beberapa perbekalan kami,
maka kami baru mulai pendakian sore hari. Kami diantar dengan mobil dulu dari
Rumah Om Puja, sampai di pintu gerbang pendakian. Jaraknya dekat saja,
tidak sampai setengah jam. Sesampainya di Gerbang pendakian, kami langsung di
suguhi pemandangan yang mengagumkan. “Sunset” yang luar biasa Jingga. Rasanya
jadi enggan beranjak, dan ingin berlama-lama dulu menikmati pemandangan ini.
Namun sesuai dengan arahan Om Puja, kami harus segera bergerak karena hari
mulai gelap.
Perjalanan
pun kami mulai, belum lama berjalan hari mulai gelap. Kami pun menghentikan pendakian untuk mengeluarkan headlamp
atau sekedar senter. Setelah berjalan sekitar satu jam tibalah kami di sumber
air, dan ternyata itulah Pos 5. Setelah diskusi kecil, akhirnya kami
memutuskan untuk ngecamp dulu dan malam itu di sana.
Tenda pun didirikan, giliran
saya melaksanakan tugas khusus saat teman2 mendirikan tenda. Tugas khusus
tersebut adalah mengurusi isi perut teman2 alias masak. Setelah semuanya siap, kami pun makan sambil
ngobrol-ngobrol tentang pengalaman naik gunung. Maklum baru sekali naik gunung
di Sulawesi.
Pagi
harinya kami melanjutkan perjalanan. Asiknya karena kami menemukan karakter
gunung yang berbeda dengan gunung-gunung di Jawa. Pos 6 terlewati dengan cepat
dan sampailah kami di Pos 7. Langsung saja karena Pos 7 berada punggungan, angin
dingin segera menyergap. Dari pos ini kita bisa menikmati pemandangan yang
indah. Dari tempat ini kita sudah dapat melihat puncak Gunung Bawakaraeng. Nah,
karena pemandangan yang indah, kami pun menyempatkan foto-foto dan istirahat
sebentar baru melanjutkan perjalanan.
Dari Pos 7
perjalanan mulai menuruni bukit yang cukup terjal. “Ini naik gunung kok malah
turun” hahaha agak curiga saya. Benar saja, setelah menuruni bukit, ya kita
naik-naik lagi. Hmmmm umur-umur…terasalah ngos-ngosannya. Tapi puji Tuhannya,
di Pos 8 itu kami bisa beristirahat di tempat yang indah, yaitu di sungai. Dari
Sungai ini kita bisa menikmati pemandangan puncak gunung dari tebing-tebing
sungai. Karena tempatnya indah dan biar
bisa menikmati agak lama, maka kami putuskan untuk makan siang dulu disini.
Sembari makan siang, akhirnya kami bertemu dengan pendaki – pendaki lainnya,
anak-anak remaja, generasi milenial. Hihi
Nah karena
memang perjalanan ini adalah perjalanan santai, kami meluangkan banyak waktu
untuk bersantai-santai, toh tinggal 2 Pos lagi. Setelah makan siang selesai dan
puas bersantai-santai, kami melanjutkan perjalanan. Jalan 30 menit kami sudah
sampai di Pos 9. Nah dari ini sinilah… bingung ngomongnya.
Jalurnya itu terjal, tapi pemandangannya indah. Masih bisakah kalian menikmatinya?? Bisalah ya.
Jalurnya itu terjal, tapi pemandangannya indah. Masih bisakah kalian menikmatinya?? Bisalah ya.
Hamparan edelweiss
dan pemandangan awan mulai tampak indah di ketinggian ini. Setelah
melewati jalur terjal, kita mulai masuk dalam vegetasi pohon-pohon tinggi lagi,
di sinilah rupanya Pos 10, pos terakhir kita. Akhirnyaa….. kami sampai di Pos
10 sekitar pukul 16.00 sore, masih banyak waktu sebenarnya... buat turun lagi,
haha. Tapi karena memang santai, kami mendirikan camp lagi di Pos 10 ini.
Istimewanya, karena jarak Pos 10 dan Puncak Bawakaraeng Cuma 20 menitan, sore
itu kami pun menyempatkan diri menikmati Sunset.
Yey…semangatlah
kita sore itu naik ke Puncak, bawa bekal susu kotak, cemilan dan senter. Kita
nikmati sore kita. Sebelum sampai ke Puncak ternyata
ada tanah lapang terbuka di atas tempat camp
kami. Ada tiang benderanya, tampaknya tempat ini sering digunakan untuk upacara
dan kegiatan2 para pendaki. Foto-foto sebentar, dengan gaya hormat bendera
sebelum akhinya kami sampai di Puncak.
Puncak
Bawakaraeng ini ditandai dengan adanya tugu kotak dan angin disana cukup
kencang. Jadi mau foto susah, karena rambut berkibar2… haha. “Tuhan…..” itu
yang kemudian saya gumamkan, aku bersyukur bahwa Dia memberikan
kesempatan ini. Bersyukur masih diberi hidup dan sehat.
Kami pun
duduk menghadap ke barat bersama-sama. Menikmati pemandangan sunset, dan tentu
tak lupa foto-foto, hehe. Dan hari mulai
gelap, kami kembali ke tempat camp dengan hati yang kagum dan bersyukur atas
kebesaran dan kebaikan Tuhan bagi semesta.
Terimakasih juga Bawakaraeng, untuk banyak lagi cerita yang belum sempat di tuliskan disini,
karena tulisan sudah cukup panjang. Masih mau menceritakan perjalanan pulang
dan tradisi naik haji di Gunung ini. Semoga secepatnya bisa mendapatkan mood
nulis lagi. Hehe…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar