Rabu, 05 Desember 2018

NAIK GUNUNG DI SULAWESI

 
 Setelah berpuluh-puluh tahun menekuni dunia pergunungan, akhirnya kesampaian juga menginjakkan kaki di salah satu gunung di Sulawesi, yaitu Bawakaraeng. 
(*pembukaan yang agak lebayy…*).


Tepatnya satu tahun yang lalu, Agustus 2017, saat saya sedang patah hati…. (lho……)


Maksudnya pada bulan itu, akhir Agustus 2017 saya diajak senior di Kantor untuk kembali berpetualang di Gunung. Saya diajak naik Gunung di Pulau Sulawesi, kesempatan yang memang saya tunggu-tunggu. Sebenarnya ada dua Gunung menarik yang ada di Makassar, yaitu Gunung Latimojong dan Gunung Bawakaraeng. Gunung Latimojong dengan ketinggian 3.478 mpdl sementara Bawakaraeng dengan ketinggian 2845 mpdl. Bisa dapat summit sebenarnya ya kalau ke Latimojong, namun karena senior saya sudah pernah naik ke Latimojong dan kali ini maunya naik ke Bawakaraeng ya sudah…ikut aja.


Gunung Bawakaraeng berada di wilayah Kabupaten Gowa, tepatnya 3 jam perjalanan dengan mobil dari Kota Makassar. Jika biasanya para pendaki memulai pendakian dari Desa Lembbanna, Manilo, namun karena dalam pendakian ini saya ditemani teman-teman Rescuer Kansar Makassar dan juga para Ranger Gunung Bawakaraeng, maka kami ambil jalur pintas. Yang katanya dari jalur ini kita bisa langsung sampai di Pos 5. Lumayan banget ya??


Nah jalur pintas ini kami mulai dari Desa Kanreapia, masih di Daerah Malino juga.  Saat itu saya bertiga dari Kantor Jakarta, di temani 2 orang anggota BSG, di temani lagi sama 3 orang potensi SAR di Makassar. Nah sesampainya di Desa Kanreapia kami singgah di rumah salah satu tokoh di Desa itu. Teman-teman Kantor SAR rupanya sering singgah di sana jika kebetulan memang sedang melaksanakan operasi SAR di Gunung Bawakaraeng. Om Puja, demikian teman-teman akrab memanggil Bapak beranak satu ini, nama aslinya adalah Halik Hasbi.


Dalam kesempatan tersebut, kami seperti mendapatkan kehormatan. Selain karena ditemani teman-teman potensi SAR di Makassar, Om Puja, bahkan anaknya yang masih kecil ikut menemani pendakian kami. Horeeee Rame…. Banyak yang bantuin bawa bekal, hehehe.


Karena sampai di Malino sudah siang dan kami masih harus melengkapi beberapa perbekalan kami, maka kami baru mulai pendakian sore hari. Kami diantar dengan mobil dulu dari Rumah Om Puja, sampai di pintu gerbang pendakian. Jaraknya dekat saja, tidak sampai setengah jam. Sesampainya di Gerbang pendakian, kami langsung di suguhi pemandangan yang mengagumkan. “Sunset” yang luar biasa Jingga. Rasanya jadi enggan beranjak, dan ingin berlama-lama dulu menikmati pemandangan ini. Namun sesuai dengan arahan Om Puja, kami harus segera bergerak karena hari mulai gelap.



Perjalanan pun kami mulai, belum lama berjalan hari mulai gelap. Kami pun menghentikan pendakian untuk mengeluarkan headlamp atau sekedar senter. Setelah berjalan sekitar satu jam tibalah kami di sumber air, dan ternyata itulah Pos 5. Setelah diskusi kecil, akhirnya kami memutuskan untuk ngecamp dulu dan malam itu di sana.
Tenda pun didirikan, giliran saya melaksanakan tugas khusus saat teman2 mendirikan tenda. Tugas khusus tersebut adalah mengurusi isi perut teman2 alias masak.  Setelah semuanya siap, kami pun makan sambil ngobrol-ngobrol tentang pengalaman naik gunung. Maklum baru sekali naik gunung di Sulawesi.


Pagi harinya kami melanjutkan perjalanan. Asiknya karena kami menemukan karakter gunung yang berbeda dengan gunung-gunung di Jawa. Pos 6 terlewati dengan cepat dan sampailah kami  di Pos 7. Langsung saja karena Pos 7 berada punggungan, angin dingin segera menyergap. Dari pos ini kita bisa menikmati pemandangan yang indah. Dari tempat ini kita sudah dapat melihat puncak Gunung Bawakaraeng. Nah, karena pemandangan yang indah, kami pun menyempatkan foto-foto dan istirahat sebentar baru melanjutkan perjalanan.


Dari Pos 7 perjalanan mulai menuruni bukit yang cukup terjal. “Ini naik gunung kok malah turun” hahaha agak curiga saya. Benar saja, setelah menuruni bukit, ya kita naik-naik lagi. Hmmmm umur-umur…terasalah ngos-ngosannya. Tapi puji Tuhannya, di Pos 8 itu kami bisa beristirahat di tempat yang indah, yaitu di sungai. Dari Sungai ini kita bisa menikmati pemandangan puncak gunung dari tebing-tebing sungai.  Karena tempatnya indah dan biar bisa menikmati agak lama, maka kami putuskan untuk makan siang dulu disini. Sembari makan siang, akhirnya kami bertemu dengan pendaki – pendaki lainnya, anak-anak remaja, generasi milenial. Hihi


Nah karena memang perjalanan ini adalah perjalanan santai, kami meluangkan banyak waktu untuk bersantai-santai, toh tinggal 2 Pos lagi. Setelah makan siang selesai dan puas bersantai-santai, kami melanjutkan perjalanan. Jalan 30 menit kami sudah sampai di Pos 9. Nah dari ini sinilah… bingung ngomongnya
Jalurnya itu terjal, tapi pemandangannya indah. Masih bisakah kalian menikmatinya?? Bisalah ya.


Hamparan edelweiss dan pemandangan awan mulai tampak indah di ketinggian ini. Setelah melewati jalur terjal, kita mulai masuk dalam vegetasi pohon-pohon tinggi lagi, di sinilah rupanya Pos 10, pos terakhir kita. Akhirnyaa….. kami sampai di Pos 10 sekitar pukul 16.00 sore, masih banyak waktu sebenarnya... buat turun lagi, haha. Tapi karena memang santai, kami mendirikan camp lagi di Pos 10 ini. Istimewanya, karena jarak Pos 10 dan Puncak Bawakaraeng Cuma 20 menitan, sore itu kami pun menyempatkan diri menikmati Sunset.




Yey…semangatlah kita sore itu naik ke Puncak, bawa bekal susu kotak, cemilan dan senter. Kita nikmati sore kita. Sebelum sampai ke Puncak ternyata ada tanah lapang terbuka di atas tempat camp kami. Ada tiang benderanya, tampaknya tempat ini sering digunakan untuk upacara dan kegiatan2 para pendaki. Foto-foto sebentar, dengan gaya hormat bendera sebelum akhinya kami sampai di Puncak.


Puncak Bawakaraeng ini ditandai dengan adanya tugu kotak dan angin disana cukup kencang. Jadi mau foto susah, karena rambut berkibar2… haha. “Tuhan…..” itu yang kemudian saya gumamkan, aku bersyukur bahwa Dia memberikan kesempatan ini. Bersyukur masih diberi hidup dan sehat.


Kami pun duduk menghadap ke barat bersama-sama. Menikmati pemandangan sunset, dan tentu tak lupa foto-foto, hehe.  Dan hari mulai gelap, kami kembali ke tempat camp dengan hati yang kagum dan bersyukur atas kebesaran dan kebaikan Tuhan bagi semesta.


Terimakasih juga Bawakaraeng, untuk banyak lagi cerita yang belum sempat di tuliskan disini, karena tulisan sudah cukup panjang. Masih mau menceritakan perjalanan pulang dan tradisi naik haji di Gunung ini. Semoga secepatnya bisa mendapatkan mood nulis lagi. Hehe…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar