Hidup telah memberikan kepadaku begitu banyak kesempatan. Kesempatan untuk tersenyum, kesempatan untuk mengasihi, kesempatan untuk berkarya, untuk belajar dan kesempatan untuk yang lain.
How Wonderful
life...
Aku sendiri
begitu mensyukuri untuk semua kesempatan itu,
Bukan berarti
kesempatan yang diberikan kepadaku selalu indah,
Aku pernah putus
asa, pernah merasa berada di dasar jurang..
Bahkan hingga
kini aku masih sering bertanya: ”Kenapa mesti seperti ini,” :D
Namun...hidup ini
adalah kesempatan,
Setidak
mengertinya aku akan apa yang sedang terjadi,
Ya, itulah
kesempatanku....
Untuk
belajar....Menuju Rasa Syukur,
Dan aku mau
terus...belajar mensyukurinya...
Mensyukuri segala
yang telah berlalu, untuk semua kisah dan kesempatan dalam hidupku..untuk masa
remaja dan masa mudaku yang penuh warna.
Nah, ini adalah
sebuah kisah Klasik masa remajaku.
Sebenarnya ini
bukan karyaku, tapi coretan seorang sahabat baik di sebuah bukuku. Aku tuliskan
kembali ya sahabat,,
SMILING TUR
Tari Pujiwati
”Akhirnya sampai
di Boyolali. Makan dulu yuk!” Plekek menyeret tas tipisnya.
”Makan apaan,
tasmu aja tipis gitu,” Pendhi melotot pada Plekek.
”Beli dong, nih
liat tebelkan?” Plekek memamerkan dompetnya. ”Udah ah, beli rokok dulu ya..”
Plekek ngloyor menyebrang jalan.
”Cepet gih, nanti
bisnya datang lagi,” Tari berteriak kecil.
Sesaat setelah
Plekek sampai terlihat sebuah bis mini, tapi tampak penuh banget.
”Bis terakhir
mas. Bisnya kosong mas, gak ada orang,” Sang Kernet mulai mengumbar rayuannya.
”Trus yang di
dalam siapa bang?” celetuk seseorang, entah siapa.
”Gimana Nang?
Ikut Nggak?” Krisna bertanya pada Danang.
”Mo gimana lagi.
Udah sore, nanti kemaleman kita,” Danang menjawab. ”Gimana pe?” tanyanya pada
Pendhi.
”Iya..tapi gimana
bisa bergelantungan kayak monyet aja kita sulit,” Plekek menirukan iklan di TV.
”Di atas aja mas,
masih kosong,” Kernet kembali melancarkan obralannya.
”Heh, emang kita
barang apaan? Eh manusia apaan?” lagi-lagi Plekek protes.
”Udah deh, kita
ikut. Tuh ada temennya. Nanti Krisna sama Tari di dalam aja. Nggak papa kan
kalau berdiri?” tanya Danang pada Tari
dan Krisna.
”Ndak papa, tapi
kalian..?” Krisna bertanya khawatir.
”Kami malah dapat
tempat duduk nyaman,” Pendhi tersenyum lebar.
”Perjalanan
menuju ke Merbabu kali ini kayaknya bakal berkesan Ri, kayak naik bis tingkat
aja,” Krisna berkata pada Tari.
”Hah...hi..hi...hi...
pasti dech mereka mengigil kedinginan. Nandi deh kalau turun kita ledek
mereka,” Tari dan Krisna tertawa bersamaan.
Sampai di sebuah
Pasar, ternyata mereka harus ganti bis.
”Uh, untung dech
dapat tempat duduk di dalam,” Pendhi bersungut-sungut kesal.
”Emang enak naik
bis tingkat...hahaha,” Krisna dan Tari tertawa bersamaan.
”Ngledek
ya...Segitu senengnya liat teman susah.,” Pendhi masih cemberut, yang lain
hanya tertawa terpingkal-pingkal.
Kelima remaja itu tidak memperdulikan
penumpang yang lain. Bahkan keceriaan kelima remaja itu berimbas pada penumpang
yang lain. Apalagi ketika terdengar sebuah lagu yang dinyayikan Roma Irama dari
kaset yang diputar sopir bus. ”Begadang jangan begadang....kalau tiada
artinya...begadang boleh saja...kalau ada artinya...,” Spontan kelima remaja
itu tertawa terbahak-bahak. Para penumpang lainnya hanya terbenggong melihat
keakraban mereka.
Bus berhenti diperhentian terakhir. Di Selo. Kelima remaja itu turun dengan bahagia.
”Eh kita ke
kantor polisi dulu ya?” Danang berkata kepada teman-temannya.
”Napa Nang...Ibu
kamu ilang? Sampai harus lapor Pak Polisi segala atau jangan-jangan kamu nyuri
ayam tetanggaku?” Tanya Plekek serius.
”Brengsek lo...Elo
mo gue serahin ke Polisi,” Danang berkata sewot.
Krisna, Pendhi
dan Tari tertawa melihat kedua temannya.
Ternyata bangunan
kecil itu adalah sebuah Pos Polisi. Danang melaporkan pendakian kami dan
bertanya tentang cuaca berhubungan dengan rencana EMAPAL, organisasi pecinta
alam mereka yang mau mengadakan pendakian massal.
Setelah dari Pos
Polisi mereka menuju ke sebuah gedung TK yang berada di dekat Pos Polisi. Danang segera berlari berebut dengan Krisna
naik ayunan. Sedang Plekek dan Pendhi berebut ke kamar mandi yang hanya satu.
Rupanya plekek yang menang. Tiba-tiba...gedebuk...Danang terjatuh dari ayunan.
Tari hanya terbengong kemudian ikut tertawa melihat Krisna tertawa ngakak.
Plekek yang melihat pun langsung melontarkan pujian. ”Aduh sayang, anak papa
udah bisa main ayunan. Kacian, jatuh ya...tuh..tuh..kataknya udah lari..”
Tiba-tiba Pendhi
datang dan heran melihat teman-temannya yang tertawa terbahak-bahak. ”Ada apa
nih...yah..ketinggalan cerita deh,” Pendhi berkata melas. Teman-temannya makin
tertawa melihat wajah Pendhi yang kaya wartawan kehilangan berita. Memang
Pendhi terkenal sebagai wartawan ulung di kelasnya.
Tertawa pun reda.
”Duh..jadi haus dech, air dong,” Plekek minta air pada Krisna.
”Tuh di plastik
hitam,” jawab Krisna cuek bebek.
Plekek pun
langsung mengambil salah satu dari beberapa plastik hitam yang berada di dekat
tas Krisna.
”Kebetulan deh, dingin-dingin gini. Eh dapat air anget. Bagai orang ngantuk disodori
bantal, sip,” Plekek sumringah seneng. Sementara Danang dan Pendhi justru
tersenyum mencurigakan. ”Pasti deh.....” Tari ikut tersenyum.
Sesaat setelah
senyuman itu, terdengar makian Plekek. ”Katanya Frend, kok pada ngerjain gue
ya. Teganya!!” Plekek bersungut-sungut. Ternyata..botol dalam plastik hitam
yang diambil plekek, air hangat itu bisa menghangatkan tubuh kalau digunakan
untuk membuat api unggun. ”Rasain lo, kayak anak pedalaman aja. Ndak bisa
bedain air minum sama minyak tanah.” ungkap Danang sambil tertawa puas.
Pendhi Sumringah.
”Ini baru cerita..!”
Semua tertawa
terbahak-bahak kecuali Plekek yang menjadi korban. Ia meringis kuda, jelek
banget!
Akhirnya Adzan
Magrib terdengar dan mereka menunaikan kewajibannya, mendekatkan diri pada yang
kuasa. Langkah-langkah kelima remaja ini diwarnai canda dan tawa menuju
basecamp pendakian Merbabu. Benar-benar smiling tour.....
Asli, tulisan tanpa di edit. Masih ada Lo dan GUEnya,,
Hahaha, begitulah
sepenggal Kisal Klasik yang indah tersebut,
Beruntung
Sahabatku Tari menulisnya...dan aku masih saja tertawa terbahak-bahak kalau
membacanya.
Kisah ini ditulis
pada 5 Juni 2001...saat kami masih REMAJA :D
Temen2nya konyol2 banget mbak..
BalasHapushahhaa..iyooo..seru full....
BalasHapus