Unik dan menarik,
gerabah-gerabah tanah liat itu tampak tertata rapi di depan beberapa rumah di
Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Klaten.
Bentuknya bermacam-macam, ada guci, ada vas bunga, ada kendi, poci,
gelas, piring, celengan dan berbagai macam. Kalau dihitung macamnya 100 macam
mungkin ada. Warnanya yang coklat keemasan, ukiran-ukiran batik yang menghiasi
masing-masing bentuk gerabah membuat benda-benda tersebut sangat menarik untuk
dilihat.
Ya, Desa Melikan,
Wedi ini memang sudah terkenal dengan produksi gerabahnya. Hampir 80 persen
warga disini bermata pencaharian sebagai pengrajin gerabah, sisanya lebih
banyak bertani atau memilih sebagai pegawai negeri. Tak ada yang tahu pasti,
kapan daerah ini mulai memproduksi gerabah ini. Salah satu warga, Agus Mulyono
mengungkapkan bahwa produksi gerabah ini sudah berlangsung turun termurun sejak
nenek moyang mereka.
Diperkirakan
produksi gerabah di Melikan ini sudah berlangsung sejak masa Sunan Pandanaran. Itu
berarti produksi gerabah di Desa ini sudah berlangsung ratusan tahun. Salah
satu bukti produksi gerabah pada jaman Sunan Pandanaran adalah Gentong Sinogo,
Gentong Sinogo ini adalah Gentong dengan corak naga yang saat ini masih ada di
Komplek Makan Sunan Pandanaran. Dan Gentong ini dulunya digunakan untuk untuk
padasan waktu Sunan Pandanaran melakukan wudhu.
Dengan telah
lamanya produksi gerabah di Melikan, masyarakatpun mengalami perubahan yang
dinamis, mereka semakin kreatif mengembangkan produk-produk mereka sehingga
lebih menarik. Bahkan saat ini produk mereka sudah mulai dipasarkan hingga
keluar negeri. ”Sekarang kami juga sedang mengupayakan untuk mengembangkan desa
ini menjadi desa wisata,” ungkap Sumilih, Ketua Laboratorium Pusat Pelestarian
Budaya Keramik Putaran Miring Melikan.
Desa Wisata
Melikan ini tentunya akan lebih menjual, keunikan desa ini dengan produksi
Gerabahnya. Berbagai upaya untuk mempercantik desa Melikan menjadi Desa
Wisatapun terus dilakukan. Begitu memasuki Desa Melikan, pengunjung akan
langsung bisa menjumpai kedai-kedai keramik atau gerabah di sepanjang jalan dan
mereka membuka kedai tersebut hingga malam hari. Ini untuk memudahkan para
wisatawan yang ingin berkunjung atau sekedar lewat untuk membeli kerajinan.
Seorang penrajin sedang menunjukkan cara membuat gerabah
Rombongan siswa yang sedang study tour di pusat pembuatan gerabah di Melikan, Bayat
Belajar membuat gerabah
Berbagai macam bentuk gerabah hasil pengrajin Bayat
Untuk lebih menarik pembeli, kini gerabah diberi warna-warna yang lebih cerah.
Ada contact person nya gak ?
BalasHapus