Minggu, 26 Oktober 2014

Belajar Membuat Gerabah di Bayat

Unik dan menarik, gerabah-gerabah tanah liat itu tampak tertata rapi di depan beberapa rumah di Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Klaten.  Bentuknya bermacam-macam, ada guci, ada vas bunga, ada kendi, poci, gelas, piring, celengan dan berbagai macam. Kalau dihitung macamnya 100 macam mungkin ada. Warnanya yang coklat keemasan, ukiran-ukiran batik yang menghiasi masing-masing bentuk gerabah membuat benda-benda tersebut sangat menarik untuk dilihat.

Ya, Desa Melikan, Wedi ini memang sudah terkenal dengan produksi gerabahnya. Hampir 80 persen warga disini bermata pencaharian sebagai pengrajin gerabah, sisanya lebih banyak bertani atau memilih sebagai pegawai negeri. Tak ada yang tahu pasti, kapan daerah ini mulai memproduksi gerabah ini. Salah satu warga, Agus Mulyono mengungkapkan bahwa produksi gerabah ini sudah berlangsung turun termurun sejak nenek moyang mereka.

Diperkirakan produksi gerabah di Melikan ini sudah berlangsung sejak masa Sunan Pandanaran. Itu berarti produksi gerabah di Desa ini sudah berlangsung ratusan tahun. Salah satu bukti produksi gerabah pada jaman Sunan Pandanaran adalah Gentong Sinogo, Gentong Sinogo ini adalah Gentong dengan corak naga yang saat ini masih ada di Komplek Makan Sunan Pandanaran. Dan Gentong ini dulunya digunakan untuk untuk padasan waktu Sunan Pandanaran melakukan wudhu.

Dengan telah lamanya produksi gerabah di Melikan, masyarakatpun mengalami perubahan yang dinamis, mereka semakin kreatif mengembangkan produk-produk mereka sehingga lebih menarik. Bahkan saat ini produk mereka sudah mulai dipasarkan hingga keluar negeri. ”Sekarang kami juga sedang mengupayakan untuk mengembangkan desa ini menjadi desa wisata,” ungkap Sumilih, Ketua Laboratorium Pusat Pelestarian Budaya Keramik Putaran Miring Melikan.

Desa Wisata Melikan ini tentunya akan lebih menjual, keunikan desa ini dengan produksi Gerabahnya. Berbagai upaya untuk mempercantik desa Melikan menjadi Desa Wisatapun terus dilakukan. Begitu memasuki Desa Melikan, pengunjung akan langsung bisa menjumpai kedai-kedai keramik atau gerabah di sepanjang jalan dan mereka membuka kedai tersebut hingga malam hari. Ini untuk memudahkan para wisatawan yang ingin berkunjung atau sekedar lewat untuk membeli kerajinan.
Selain bisa menikmati berbagai kerajinan gerabah atau keramik dengan bentuk-bentuk yang unik, pengunjung juga bisa melihat langsung proses pembuatan gerabah. Berdirinya Laboratorium Kerajinan tersebut, menfasilitasi setiap pengunjung untuk mengetahui detail pembuatan gerabah.  Laboratorium yang berdiri sejak tahun 2005 ini, sering digunakan untuk study tour atau study banding siswa-siswa sekolah mulai TK sampai perguruan tinggi, baik dari dalam maupun luar kota. Selain berkunjung melihat-lihat hasil kerajinan keramik, disini wisatawan juga bisa praktek belajar membuat gerabah atau keramik. ”Kami optimis dengan masa depan desa ini, karena setiap hari pengunjungnya semakin banyak, ungkap Agus


 Seorang penrajin sedang menunjukkan cara membuat gerabah

 Rombongan siswa yang sedang study tour di pusat pembuatan gerabah di Melikan, Bayat

 Belajar membuat gerabah

 Berbagai macam bentuk gerabah hasil pengrajin Bayat

 Untuk lebih menarik pembeli, kini gerabah diberi warna-warna yang lebih cerah.


1 komentar: